Senin, 09 Juni 2014

Hubungan Interpersonal

RENDRA GUNAWAN (915130182), PSIKOLOGI KOMUNIKASI (KELAS D), FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS TARUMANAGARA (087774532187)

Dra. Lidyawati Evelina, M.M.


         Hubungan Interpersonal adalah proses interaksi antara individu dengan individu lain dengan cara berkomunikasi. Komunikasi Interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur, tetapi hubungan interpersonal barangkali yang paling penting” (Anita Taylor, 1977: 187).

        Metakomunikasi : menunjukkan aspek hubungan dari pesan komunikasi. Metakomunikasi dapat menjadi “sebuah pesan berupa pentunjuk verbal dan nonverbal dengan tujuan bagaimana pesan mereka harus dimengerti, bagaimana seseorang menginginkan pesannya untuk dijawab, bagaimana seseorang mencoba untukmendefinisikan hubungan, dll ( Newman ).

Makin baik hubungan interpersonal, maka:
—- Makin terbuka pasien mengungkapkan perasaannya,
—- Makin cenderung ia meneliti perasaannya secara mendalam beserta penolongnya (psikolog)
—- Makin cenderung ia mendengar dengan penuh perhatian dan bertindak atas nasihat yang diberikan

    Semakin baik hubungan interpersonal, semakin terbuka orang untuk mengungkapkan dirinya, semakin cermat persepsinya tentang orang lain dan persepsi lainnya. Sehingga semakin efektif komunikasi yang berlangsung.

Teori - teori hubungan interpersonal :
  • Model pertukaran sosial
       Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap individu secara sukarela memasuki dan tinggal dalam hubungan sosial hanya selama hubungan tersebut cukup memuaskan ditinjau dari 
    • Ganjaran : sebuah manfaat yang diperoleh dari suatu hubungan yang baik. Contoh : Seorang lelaki mau mendapatkan bahan-bahan ujian.
    • Biaya : akibat yang dinilai negatif dari sebuah hubungan interpersonal. Contoh : Berteman dengan sekumpulan orang yang tingkat ekonominya tinggi. Yang tingkat ekonominya rendah harus mengeluarkan usaha yang lebih untuk menyamai mereka.
    • Hasil : selisih antara ganjaran dan biaya. Contoh : Lili berteman dengan Andi, Lili merasa mendapatkan untung karena berteman dengan Andi, karena Andi sangat royal terhadapnya.
    • Tingkat Perbandingan : menunjukkan standart yang dipakai sebagai kriteria dalam menilai hubungan interpersonal. Contoh : ketika mempunyai cowok yang baru. Pasti akan mulai dibandingkan dengan cowok yang lama. Semakin tinggi tingkat perbandingannya ( yang baru lebih baik ), semakin erat hubungan interpersonalnya.
  • Model Peranan 
    • Ekpektasi peranan mengacu pada kewajiban yang berkaitan dengan posisi tertentu dalam kelompok. Contoh seorang anak diharapkan menjadi anak yang rajin belajar dan patuh pada orang tua.
    • Tuntuan peranan, misalnya desakan sosial yang memaksa individu untuk memerankan. Contoh : ibu harus memasak bagi keluarganya.
    • Ketrampilan peran, kemampuan kognitif dan tindakan individu.
    • Konflik peran, misal peran yang kontradiktif. Seorang ibu harus berperan sebagai istri, ibu rumah tangga, dan pekerja sekaligus.

  • Model permainan
    3 kepribadian manusia : 
    • Orang tua adalah aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku orang tua ( merawat, dll)
    • Orang dewasa dalah bagian yang mengolah informasi secara rasioanl sesuai dengan situasi
    • Anak adalah unsur yang diambil dari perasaan dan pengalaman anak-anak ( manja, kesenangan, dll)

  • Model Interaksional
       Model ini menggabungkan model pertukarana peranan dan permainan. Untuk menganalisa hubungan interpersonalnya, kita harus melihata pada karakteristik individu yang terlibat, difat kelompok, dan sifat lingkungan. 

Tahapan Hubungan Interpersonal 
  1. Pembentukkan Hubungan
    • Adalah tahap perkenalan
    • Fokus pada penyampaian informasi
    • misal: sikap, hobi, dll
  2. Peneguhan Hubungan
    4 faktor dalam memelihara keseimbangan, yaitu: keakraban, kontrol (kesepakatan siapa yang mengontrol dan dikontrol), respon yang tepat (konfirmasi dan diskonfimasi) dan nada emosional yang tepat
  3. Pemutusan Hubungan Interpersonal
    Bila terjadi konflik. Ada 5 sumber konflik, yaitu:
    1. Kompetisi, misal, menunjukkan kelebihan dan merendahkan orang lain.
    2. Dominasi, salah satu pihak berusaha mengendalikan hubungan, pihak lain merasa hak-hak dilanggar.
    3. Kegagalan, masing-masing berusaha menyalahkan yang lain apabila tujuan tidak tercapai.
    4. provokasi salah satu pihak terus menerus melakukan sesuatu yang menyinggung pihak lain.
    5. perbedaan nilai kedua belah pihak tidak sepakat akan nilai-nilai yang dianut.

Faktor yang menumbuhkan hubungan interpersonal dalam komunikasi : 

  • Percaya (trust)
    — Berdasarkan pengalaman, kejujuran, menerima, empati
  • Sikap Suportif
    — Mengurangi sifat defensif (melindungi diri)
  • Sikap Terbuka
    — Menilai pesan secara objektif




Sumber :



Dra. Lidyawati Evelina, M.M. ( Dosen FIKom UNTAR )

Rahayu, Arfyana . Academia.edu
DjuhdieFrom kompasiana

Sistem Komunikasi Kelompok

RENDRA GUNAWAN (915130182), PSIKOLOGI KOMUNIKASI (KELAS D), FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS TARUMANAGARA (087774532187)

Dra. Lidyawati Evelina, M.M.

I.      Pendahuluan
          A.    Latar Belakang
Sebagai mahluk social, manusia perlu bekerjasama dengan manusia lain untuk mengerjakan sesuatu, sehingga untuk memungkinkan hal tersebut manusia membentuk kelompok untuk secara bersama – sama dengan memiliki tujuan yang sama untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Sistem Komunikasi Kelompok merupakan hal yang sangat penting untuk dipelajari. Masih banyaknya kelompok-kelompok yang belum dapat menjalankan komunikasi dalam kelompoknya dengan baik dan belum adanya kesadaran anggota dalam suatu kelompok mengenai posisinya dalam kelompok.  
           B.    Rumusan masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas:
-        Apa yang dimaksud dengan Komunikasi Kelompok?
-        Faktor apa saja yang mempengaruhi keefektifan kelompok?
-        Apa saja bentuk Komunikasi Kelompok?

            C.    Tujuan
Tujuan dari pembahasan ini adalah untuk mengetahui apa sebenarnya komunikasi kelompok agar dalam kelompok setiap anggota individu bisa membangun komunikasi yang baik sehingga kelompok tersebut dapat produktif.

II.             Teori Sistem Komunikasi Kelompok
Proses terjadinya komunikasi kelompok dimana dua orang atau lebih berinteraksi, berkomunikasi, dan mempengaruhi satu sama lain secara langsung dengan anggota – anggota kelompoknya.

     Tidak setiap himpunan orang disebut kelompok, himpunan ini disebut dengan agregat. Agar agregat menjadi kelompok diperlukan kesadaran pada anggota – anggotanya akan ikatan yang sama yang mempersatukan mereka. Kelompok mempunyai tujuan dan organisasi (struktur) dan melibatkan interaksi di antara anggota – anggotanya. Kelompok juga dampak mempengaruhi bagaimana seseorang berbicara, berpenampilan, bekerja bahkan penampilan seseorang agar individu tersebut diterima oleh kelompoknya.

Dalam faktor – faktor yang mempengaruhi keefektifan kelompok terdspat factor situasional dan factor personal. Factor situasional yang menunjukan karakteristik kelompok tentang hubungsn ukuran kelompok dengan partisipasinya menunjuksn bahwa makin besar ukuran kelompok, anggota yang paling aktif akan makin terpisah dari anggota-anggota kelompok lain, yang makin menyerupai ssatu sama lain dalam keluaran partisipasinya. Menurut Hare (1952; 262-267) dan Slater (1958: 129-139) hubungan kelompok mengenai kepuasaan adalah semakin besar ukuran kelompok, makin berkurang kepuasaan anggotanya. Sehingga menurut Slater, maksimal jumlah anggota dalam satu kelmpok adalah 5 orang. Karena anngota yang berisi 5 orang dianggap akan menjadi kacau dan mengakibatkan kegiatanya dianggap menghambur-hamburkan waktu oleh anggota-anggota kelompok lainya.

Terdapat lima bentuk jaringan komunikasi:
1 - Bentuk X (Pemimpin dapat berhubungan dengan semua anggita eklompok, tetapi anggita kelompok hanya bias berhubungan dengan pemimpin saja)
2   - Bentuk Rantai (Anggota kelompok berkomunikasi secara berantai “A=>B=>C=>D=>E”)
3  - Bentuk Y (Tiga orang dapat saling berkomunikasi secara berantai, tetapi ada 2 orang yang hanya bisa berkomunikasi dengan anggota di sampingnya)
4  - Bentuk Lingkaran (Setiap orang hanya bias berkomunikasi dengan anggota disebelahnya, dan tidak ada pemimpin)
5  - Bentuk Bintang (Setiap anggota daapt berkomunikasi dengan anggota kelompok lain)
6  - Bentuk Comcon (Semua saluran komunikasi terbuka)

        Kohesi Kelompok ialah sebuah kekuatan yang mampu mendorong anggota kelompok untuk tetap saling bersama dan mencegah anggota kelompok meninggalkan kelompoknya. Dan diperlukanya kepemimpinan untuk memengaruhi anggota kelompok lainnya agar tercapainya tujuan bersama. Terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter (keputusan dan kebijakan ditentukan pemimpin), demokratis (oemimpin dapat membantu dan mendorong anggota kelompok untuk menentukan pilihan), dan Laissez Faire (memberikan kebebasan anggota untuk mengambil keputusan dan peran pemimpin sangat minim disini.

Factor personal adalah factor yang mempengaruhi karakteristik anggota kelompok. Kebutuhan interpersonal menurut William C. Schultz merumuskan teori FIRO “Fundamental Intrapersonal Relations Orientation”. Bedasarkan teori ini, seseorang memasuki kelompok dan menjadi anggota karena tiga alasan, pertama Inklusi: ingin masuk untuk menjadi anggota suatu kelompok, biasanya dalam tingkat ini terjadi perasaan tidak mau telalu terlibat dengan kegiatan bersama anggota yang belum kita kenal (Undersocial) yang berkekurangan, kita mau ikut melakukan kegiatan (Social) yang ideal, dan kita terlalu aktif dengam mendominasi setiap isi percakapan dan meceritakan diri kita (oversocial) yang berlebihan. Kedua Kontrol: pembagian kerja yang diperlukan agar kelompok menjadi produktif dalam tugasnya, individu yang mempunyai kecenderungan kuat dan mendominasi disebut (Otokrat), individu yang ikt dengan kelompok dan bersedia ditempatkan dalam segala posisi (Demokrat), dan individu yang menyerahkan semua tanggung jawab dalam perilaku interpersonal (Abdikrat). Ketiga Afeksi yang merupakan kebutuhan kasih sayang adalah dimensi emosional dari kelompok, individu yang menjaga jarak dengan anggota lain (Underpersonal), Individu yang merasa harus dekat dengan anggota kelompok lainya untuk melakukan pekerjaan (Overpersonal), Individu yang memelihara jarak yang tepat agar dapat mengerjakan pekerjaannya secara produktif (Personal). Adanya Tindakan Komunikasi, dengan tiap anggota menerima dan memberi informasi baik secara verbal atau non-verbal, dan terdapat Peranan, dimana tiap anggota kelompok memiliki peranan yang dapat membantu penyelesaian tugas kelompok serta emosi anggota kelompok. Terdiri dari tiga Peranan, Peranan Tugas Kelompok,  Peranan Dari Pemeliharaan Kelompok dan Peranan Individual.

Bentuk komunikasi kelompok sendiri dibagi menjadi dua: deskriptif dan preskriptif. Kategori deskriptif menunjukkan klasifikasi kelompok dengan melihat proses pembentukannya secara alamiah. Kategori preskriptif mengklasifikasikan kelompok menurut langkah – langkah rasional yang harus dilewati oleh anggota kelompok untuk mencapai tujuan.

III.          Kasus
Dalam sebuah kelompok belajar terdiri dari lima orang yaitu Andre, Betty, Samatha, Elena dan Peter. Kelompok organisasi mereka berbentuk bintang sehingga setiap anggota kelompok lebih berkomunikasi dengan satu sama lain. Dan kelompok ini didorong perasaan yang sama untuk saling membantu dalam mengerjakan tugas dan belajar, karena mereka masing-masing memiliki kelemahan dan kelenihan dalam bidang pelajaran sekolah sehingga saling bantu membantu. Dan dengan pengkuruan parameter FIRO, Peter adalah undersosial, abdikrat, dan overpersonal; Betty oversosial, otokrat dan overpersonal; Elena social, otokrat dan personal; Samatha undersosial, democrat dan underpersonal; Andre oversosial, abdikrat dan underpersonal. Sehingga kemungkinan Peter dan Samatha menarik diri dan cuek, Andre dan Betty akan melepaskan kegelisahannya dengan obrolan terus menerus, dan Samatha dapat mengalami bentrok dengan Elena atau Betty dalam pengaturan tugas.

IV.          Penutup
Kesimpulan
Dalam Teori Sistem Komunikasi Kelompok ini, komunikasi kelompok dapat digunakan untuk menyelesaikan sebuah tugas, mencapai suatu tujuan yang sama dengan lebih mudah, sehingga sistem komunikasi kelompok ini sangatlah baik dan akan sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, terutama sebagai manusia yang mahluk social dengan bekerjasama dan tidak mungkin hidup sendiri. Juga dapat membantu peningkatan kepribadian dan penilaian kepribadian mengenai diri sendiri dalam orientasi kerja secara kelompok, dimana posisi kita dalam kelompok sesuai dengan sifat kita. Jadi menuru saya, saya setuju dengan teori ini, dikarenakan teori ini mudah dibuktikan dan diamplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Sumber :
Rakhmat, Jalaluddin. 1985. Psikologi Komunikasi. Bandung. PT. Remaja Roasdakarya.
http://www.anneahira.com/contoh-komunikasi-kelompok.htm